Setiap orang tua
pasti senang melihat anak nya tumbuh menjadi anak yang mandiri, dan tampaknya
memang itulah salah satu tujuan yang ingin dicapai orang tua dalam mendidik
anak-anaknya. Kemandirian seorang anak harus dibiasakan sejak kecil dan orang
tua memiliki peranan penting dalam menumbuhkan sikap mandiri dalam anak. Ketika
orang tua terlalu memanjakan anaknya sewaktu kecil maka itu akan menumbuhkan
sifat manja bahkan sampai si anak dewasa, untuk itu bagi orang tua harus
membiasakan si anak untuk melakukan sesuatu yang bisa ia kerjakan sendiri
dikerjakan oleh nya.
Missal memakai
pakaian sendiri setelah mandi, mengikat tali sepatu sendiri namun tetap dalam
pengawasan orang tua sampai si anak benar-benar bisa melakukan pekerjaan
tersebut dengan benar.
Kedengarannya mudah
namun dalam prakteknya pembiasaan ini banyak hambatannya. Tidak jarang orang
tua merasa tidak tega justru tidak sabar melihat si kecil yang berusaha menalikan
sepatunya selama beberapa menit, namun belum juga berhasil. Atau langsung
memeberi nasihat, lengkap dengan cara pemecahannya. Namun cara ini tentunya
tidak akan membantu anak untuk menjadi mandiri. Ia akan terbiasa tergantung
pada orang lain, untuk hal kecil sekalipun Lalu upaya apa yang dapat dilakukan
orang tua untuk membiasakan anak agar tidak cenderung menggantungkan diri pada
seseorang, serta mengambil keputusan ?
Berikut beberapa hal
yang dapat anda terapkan untuk melatih anak menjadi mandiri.
2. Beri Kesempatan Memilih
Anak yang terbiasa berhadapan dengan situasi
atau hal-hal yang sudah ditentukan oleh orang lain, akan malas untuk melakukan
pilihan sendiri. Sebaliknya bila ia terbiasa dihadapkan pada beberapa pilihan,
ia akan terlatih untuk membuat keputusan sendiri bagi dirinya. Misalkan sebelum
menentukan menu makanan , ibu member beberapa alternative masakannya yang dapat
dipilih anak untuk makan siangnya. Demikian pula dalam memilih pakaian dan
memilih hal-hal lainnya. Kebiasaan untuk membuat keputusan-keputusan sendiri
dalam lingkup kecil sejak dini akan memudahkan untuk kelak menentukan sendiri
hal – hal dalam kehidupannya
2.
Hargailah Usahanya
Hargailah sekecil
apapun usaha yang diperlihatkan anak untuk mengatasi sendiri kesulitan yang ia
hadapi. Orang tua biasanya tidak sabar menghadapi anak yang membutuhkan waktu
lama untuk membuka sendiri kaleng permennya. Terutama bila saat ibu sedang
sibuk di dapur, misalnya.
Untuk itu sebaiknya
orang tua member kesempatan padanya untuk mencoba dan tidak langsung turun
tangan untuk membantu membukanya.
Jelaskan juga padanya
bahwa untuk membuka kaleng akan lebih mudah kalau menggunakan ujung sendok,
misalnya. Kesempatan yang anda berikan ini akan dirasakan anak sebagai
penghargaan atas usahanya, sehingga akan mendorongnya untuk melakukan sendiri
hal-hal kecil sepert i itu.
3. Hindari banyak bertanya
Pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan orang tua , yang sebenarnya dimaksudkan untuk menunjukkan perhatian
pada si anak, dapat diartikan sebagai sikap yang terlalu banyak mau tahu.
Karena itu hindari kesan cerewet . Misalnya, anak yang baru kembali dari
sekolah, akan kesal bila diserang dengan pertanyaan - pertanyaan seperti,
"Belajar apa saja di sekolah?" , dan "Kenapa seragamnya kotor?
Pasti kamu berkelaihi lagi di sekolah! " dan seterusnya. Sebaliknya, anak akan
senang dan merasa diterima apabila disambut dengan kalimat pendek : "Halo
anak ibu sudah pulang sekolah! " Sehingga kalaupun ada hal-hal yang ingin ia
ceritakan, dengan sendirinya anak akan menceritakan pada orang tua, tanpa harus
di dorong-dorong.
4. Jangan langsung menjawab pertanyaan
Meskipun salah tugas
orang tua adalah memberi informasi serta pengetahuan yang benar kepada anak,
namun sebaiknya orang tua tidak langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan. Sebaliknya, berikan kesempatan padanya untuk menjawab pertanyaan
tersebut . Dan tugas Andalah untuk mengkoreksinya apabila salah menjawab atau
memberi penghargaan kalau ia benar . Kesempatan ini akan melatihnya untuk
mencari alternatif-alternatif dari suatu pemecahan masalah. Misalnya, "Bu,
kenapasih, kita harus mandi dua kali sehari? " Biarkan anak memberi
beberapa jawaban sesuai dengan apa yang ia ketahui. Dengan demikian pun anak
terlatih untuk tidak begitu saja menerima jawaban orang tua, yang akan diterima
mereka sebagai satu jawaban yang baku.
5. Dorong untuk melihat alternatif
Sebaiknya anak pun
tahu bahwa untuk nmengatasi suatu masalah , orang tua bukanlah satu- satunya
tempat untuk bertanya. Masih banyak sumber –sumber lain di luar rumah yang
dapat membantu untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Untuk itu, cara yang
dapat dilakukan orang tua adalah dengan memberitahu sumber lain yang tepat
untuk dimintakan tolong, untuk mengatasi suatu masalah tertentu. Dengan
demikian anak tidak akan hanya tergantung pada orang tua, yang bukan tidak
mungkin kelak justru akan menyulitkan dirinya sendiri . Misalnya, ketika si
anak datang pada orang tua dan mengeluh bahwa sepedanya mengeluarkan bunyi bila
dikendarai. Anda dapat memberi jawaban : "Coba,ya, nanti kita periksa ke
bengkel sepeda."
6. Jangan
patahkan semangatnya
Tak jarang orang tua
ingin menghindarkan anak dari rasa kecewa dengan mengatakan
"mustahil" terhadap apa yang sedang diupayakan anak. Sebenarnya apabila
anak sudah mau memperlihat kan keinginan untuk mandiri, dorong ia untuk terus
melakukanya. Jangan sekali-kali anda membuatnya kehilangan motivasi atau
harapannya mengenai sesuatu yang ingin dicapainya. Jika anak minta ijin Anda,
"Bu, Andi mau pulang sekolah ikut mobil antar jemput , bolehkan? "
Tindakan untuk menjawab : "Wah, kalau Andi mau naik mobil antar jemput ,
kan Andi harus bangun pagi dan sampai di rumah lebih siang. Lebih baik tidak
usah deh, ya" sepert i itu tentunya akan membuat anak kehilangan motivasi
untuk mandiri. Sebaliknya ibu berkata "Andi mau naik mobil antar jemput ?
Wah, kedengarannya menyenangkan, ya. Coba Andi ceritakan pada ibu kenapa andi mau
naik mobil antar jemput ." Dengan cara ini, paling tidak anak mengetahui bahwa
orang tua sebenarnya mendukung untuk bersikap mandiri. Meskipun akhirnya,
dengan alasan-alasan yang Anda ajukan, keinginannya tersebut belum dapat di
penuhi.