Para ahli psikolog dewasa ini cenderung meninggalkan hal-hal yang terlalu bersifat teoritis, dan banyak mengalihkan perhatian ke observasi langsung. Termasuk soal peran ayah. Sejak tahun 1970-an, banyak ahli psikolog secara langsung meneliti peran ayah dalam keluarga.
Hasil penelitian terhadap perkembangan anak yang tidak mendapat asuhan dan perhatian ayah menyimpulkan, perkembangan anak menjadi pincang. Kelompok anak yang kurang mendapat perhatian ayahnya cenderung memiliki kemampuan akademisi menurun, aktivitas sosial terhambat, dan interaksi sosial terbatas. Bukan bagi anak laki-laki, viri maskulinnya (ciri-ciri kelakian) bisa menjadi kabur.
Meski kebenaran hasil penelitian itu tidak mutlak, tetapi setidaknya mengungkapkan secara jelas keadaan pada masa pra-remaja. Blanchard dan Biller (1971) misalnya mencoba membandingkan empat kelompok anak dalam kemampuan akademiknya. Data diambil dari hasil ujian yang diberikan guru mereka di sekolah. Kelompok pertama adalah anak ditinggalkan ayah sebelum usia 5 tahun, kelompok ke dua adalah anak yang ditinggalkan ayahnya setelah usia 5 tahun.
Dalam anak yang ditinggalkan ayah sebelum usia lima tahun kelihatan sekali bahwa kemampuan akademiknya menurun dibandingkan dengan anak yang ayahnya terlibat penuh dalam proses pembinaan perkembangan anak. Pengertian absennya ayah pada diri anak bisa karena meninggal, perceraian atau juga karena tidak terlibat dalam proses pembinaan langsung pekembangan anak.
Dari penelitian tersebut kemudian timbul pertanyaan, bagaiman sebaiknya peran ayah dalam membantu perkembangan anak. Apakah terus dipertahankan anggapan bahwa ayah itu kurang penting dalam perkembangan anak, lantaran ayah itu kurang melakukan kontak langsung dengan anaknya? Apa masih perlu dipertahankan pandangan lama bahwa pengaruh orang tua terhadap anaknya hanya terbentuk kalau ada kontak langsung? Bagaimana dengan kebiasaan kebanyakan ayah yang tidak aktif mengasuh anaknya ? Semua pertanyaan itu muncul karena timbul kesadaran baru dalam bidang pendidikan dan psikologi bahwa peran ayah sebetulnya tidak kalah pentingnya dengan peran ibu.
Tidak diragukan lagi bahwa ayah itu berperan penting terhaap perkembangan anaknya secara langsung. mereka dapat membelai, mengadakan kontak bahasa, berbicara atau bercanda dengan anaknya. Semua itu akan sangat mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya.
Pengaruh ayah ini tentu saja tidak diterima begitu saja secara pasif oleh anak. Suatu interaksi pasti terjadi. Sifat hubungan ayah - anak selalu timbal balik. Anak juga dapat mempengaruhi ayahnya. Misalnya kalau anak menangis di waktu malam, aya terpaksa bangun. Hubungan timbal balik aktivitas ini memunculkan suatu proses sosialisasi antara ayah dengan anak. Ayah akan cepat memahami tingkah laku anaknya yang berusia 4 tahun yang cenderung bertingkah macam-macam. Anak misalnya merengek rengek minta naik pesawat atau gajah. Semua tindakan ini mempengaruhi perilaku ayah.
sumber : buku Psikologi Keayahan Drs. Save M. Dagun Penerbit Rineka Cipta