Oleh: P. Susilowati, S.Psi
Joe
adalah seorang atlet berprestasi yang mengalami tuntutan kerja yang
berat karena dirinya diharapkan menang dalam suatu event bergengsi,
setiap harinya ia dituntut untuk melakukan latihan dengan beban diatas
kemampuannya, namun motivasinya adalah ekstrinsik (tergantung besarnya
hadiah yang didapat), hal ini akhirnya menyebabkan dirinya mengalami
kelelahan fisik dan mental sehingga pada saat pertandingan prestasinya
menurun.
Atlet merupakan salah satu jenis
profesi yang tergolong berat. Hal ini disebabkan atlet dituntut untuk
senantiasa meningkatkan kualitas profesionalisme. Kualitas
profesionalisme yang dimaksud antara lain keahlian, konsentrasi yang
tinggi, pengetahuan, mampu bersikap profesional ketika dihadapkan pada
persoalan yang berkaitan dengan rekan kerja; pelatih; keluarga dan lawan
tanding.
Kondisi-kondisi tersebut tentunya dapat
menimbulkan pressure sehingga si atlet akan rentan mengalami stres.
Stres yang dialami dalam jangka waktu yang pendek dengan intensitas yang
optimal sesuai kapasitas si atlet akan mampu meningkatkan motivasi
berprestasinya. Jika seorang atlet mengalami stres dalam jangka waktu
yang lama dengan intensitas yang tinggi maka akan menyebabkan kondisi
tubuhnya tidak fit sehingga akan menyebabkan kelelahan fisik dan mental.
Padahal seorang atlet harus memiliki kondisi tubuh yang fit dan energi
yang cukup.
Kondisi kelelahan fisik dan mental pada
atlet di istilahkan dengan burnout. Menurut Bunker (dalam Gunarsa,
2004), burnout adalah suatu kondisi yang dipenuhi oleh rasa jenuh
sehingga banyak energi dan tenaga terbuang sia-sia. Dalam dunia
olahraga, burnout merupakan suatu hal yang berdampak buruk karena dapat
mempengaruhi prestasi (performance dan prestasi menurun). Jika si atlet
mengalami burnout, apalagi pada saat bertanding maka akan mengakibatkan
motivasi dan prestasinya akan menurun. Oleh karena itu, kondisi ini
perlu diperhatikan oleh atlet dan pelatihnya.
Penyebab Atlet Mengalami Burn Out
Menurut Gunarsa (2004), burnout dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
1) Menurunnya motivasi
Menurut
Herzberg ada 2 macam motivasi yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi
intrinsik adalah motivasi yang berasal dari keinginan seseorang itu
sendiri. Faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik adalah pencapaian
prestasi, pengakuan, tanggung jawab, kemajuan, dan kemungkinan untuk
berkembang dalam organisasi. Seseorang yang dominan pada motivasi
intrinsik maka akan menghasilkan kinerja yang lebih baik jika faktor
penunjang tersebut ada. Tetapi kalau faktor tersebut tidak ada maka
tidak akan berpengaruh pada kinerjanya. Motivasi ekstrinsik adalah
sumber motivasi yang berasal dari luar seseroang. Sedangkan faktor yang
mempengaruhi motivasi ekstrinsik adalah gaji, kondisi kerja, status,
kebijakan organisasi, kualitas kepemimpinan, dan hubungan intrepersonal
dalam organisasi. Seseorang yang dominan pada motivasi ekstrinsik tidak
akan selalu dapat meningkatkan kinerjanya walau faktor penunjang
tersebut ada. Namun jika faktor penunjang tersebut tidak ada, maka akan
merasa tidak puas. Berdasarkan teori tersebut maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa atlet yang lebih dominan pada motivasi ekstrinsik akan
lebih cenderung mengalami burnout daripada atlet dengan motivasi
intrinsik. Ini disebabkan atlet yang dominan pada motivasi intrinsik
akan dengan senang hati berlatih dan berjuang demi menjadi yang terbaik.
2) Keletihan
Jika beban latihan lebih berat daripada beban normal tubuh maka tubuh akan mengalami keletihan
3) Komunikasi yang kurang sehat dengan sesama atlet atau pelatih
Komunikasi
yang sehat merupakan salah satu bentuk dukungan sosial. Jika komunikasi
kurang sehat maka tingkat burnout akan semakin tinggi. Hal ini
disebabkan dukungan sosial dari sesama atlet, pelatih, dan keluarga
memiliki andil dalam membantu menurunkan beban seseorang yang mengalami
burnout
4) Tuntutan pekerjaan
Menurut Baron dan
Greenberg (1995) tuntutan pekerjaan merupakan salah satu faktor yang
penyebab burnout karena bagi seseorang yang emosional, tuntutan kerja
dipersepsi sebagai sesuatu yang berat. Sedangkan bagi seseorang yang
stay cool, tuntutan kerja dipersepsi sebagai sesuatu yang masih dapat
dikelola dan dapat mengembangkan kemampuannya.
5) Prosedur dan aturan yang kaku
Aturan
dan prosedur yang kaku akan menghambat seseorang yang emosional untuk
mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik sehingga seringkali mereka
merasa kesal.
6) Kurangnya reward
Seseorang yang
emosional akan merasa tidak pernah dihargai dan merasa pekerjaannya
tidak berharga jika reward yang diterimanya kurang. Hal ini
mengakibatkan munculnya rasa putus asa.
7) Terasing dari komunitas
Seseorang
yang emosional akan cenderung merasa tidak ada semangat tim, frustrasi,
marah, merasa terasing sehingga komunitasnya terasa mengisolasi
dirinya.
8) Jenis Kelamin
Biasanya perempuan
menunjukkan frekuensi yang lebih besar untuk mengalami burnout daripada
laki-laki karena sering mengalami kelelahan emosional.
Dengan
mengetahui faktor penyebab burnout diharapkan atlet dan pelatihnya
menjadi peka. Namun, atlet dan pelatihnya perlu mengetahui apa saja
gejala-gejala dari seorang atlet yang mengalami burnout sehingga dapat
mendetekasi apakah ada yang mengalaminya, jika ada harus segera
ditangani.
Gejala-gejala Atlet yang mengalami burnout
Menurut
Gunarsa (2004), atlet yang mengalami burnout akan menunjukkan beberapa
gejala fisik dan mental. Adapun gejala fisik meliputi mudah lelah dan
letih, berat badan mengalami penurunan, kekuatan dan energi menurun,
otot-otot melemas, merasa ada anggota tubuhnya yang sakit, sering
mengeluh sakit kepala, mual, kehilangan nafsu makan, mengalami gangguan
pecernaan, gangguan tidur, dan denyut nadi meningkat. Sedangkan gejala
mental meliputi mudah bosan, gelisah, minat untuk latihan menurun,
motivasi menurun, mudah tersinggung, mudah marah, bersikap sinis pada
orang lain, cenderung melakukan tindakan yang merugikan (bagi dirinya
sendiri, pekerjaan, organisasi), merasa tidak berharga, merasa tidak
puas dengan hasil kerjanya, merasa tidak pernah melakukan sesuatu yang
bermanfaat (bagi diri sendiri dan orang lain), menarik diri, apatis,
tidak peduli dengan orang-orang disekitarnya, undoing, dan depresi.
Solusi Mengatasi Burnout Pada Atlet
Jika Anda seorang atlet dan kebetulan sedang mengalami burnout, maka ada beberapa solusi yang dapat Anda lakukan, yaitu:
1. Mempertahankan motivasi intrinsik
Mempertahankan
keberadaan motivasi intrinsik bukanlah suatu pekerjaan mudah. Namun,
hal ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Seorang atlet sebaiknya memiliki rasa percaya diri yang kuat sehingga akan mampu merencanakan sasaran yang tinggi.
b.
Atlet harus menetapkan sasaran yang spesifik dan tingkat kesulitan dari
sasaran yang ingin dicapai. Sebaiknya atlet memilih sasaran yang tidak
terlalu sulit dan tidak terlalu mudah. Hal ini akan membuatnya merasa
tertantang dan berusaha untuk mencapai sasaran tersebut.
c.
Atlet harus membuat rencana jangka pendek dan jangka panjang atas
sasaran yang telah ditetapkan. Ini berarti ia harus membuat batu
loncatan agar mampu meraih sasaran yang lebih tinggi. Caranya adalah
dengan berusaha mengikuti kompetisi secara rutin dengan jenjang yang
semakin tinggi. Selain itu, feedback yang diberikan oleh pelatih
sebaiknya disikapi oleh atlet sebagai salah satu sarana untuk
meminimalisir kekurangan yang ada pada dirinya.
d. Self talk
Ucapkan
kata-kata dalam hati yang dapat menumbuh kembangkan optimisme dalam
diri. Self talk ini berguna untuk memperkuat keyakinan atlet ketika
sebelum dan saat bertanding.
e. Imagery training
Biasanya
seseorang akan membayangkan kalau dirinya akan menghadapi lawan berat
dan sulit dikalahkan. Kondisi ini secara tidak langsung akan melemahkan
motivasi atlet. Oleh karena itu, hal ini harus diubah. Caranya dengan
membayangkan kekuatan diri dan menciptkan kondisi yang objektif.
Artinya, atlet sebaiknya tahu kelebihan dan kelemahan lawannya sehingga
menemukan teknik tertentu untuk menghadapi lawannya. Setelah menemukan
teknik tersebut maka ia harus percaya diri.
f. Lakukan pekerjaan dengan hati
Jika
seseorang melakukan suatu pekerjaan sesuai dengan minat maka tidak akan
menjadi beban bagi dirinya. Disamping itu, cobalah untuk merenungkan
diri bahwa ketika Anda bekerja sebenarnya Anda sedang belajar (belajar
untuk menjadi semakin lebih baik) bukan sekedar mencari penghasilan. Hal
ini akan mendorong diri Anda sebagai kontributor bagi organisasi dimana
Anda bekerja. Intinya, Anda sebaiknya belajar bagaimana menjadi human
being (berusaha memberdayakan diri agar berguna bagi orang lain), bukan
human having (mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya). Hal ini dapat
dimulai dengan menetapkan prinsip bahwa “kita sebaiknya memberi terlebih
dahulu, dan menerima kemudian”.
2. Mintalah ijin pada pelatih untuk menghentikan program latihan untuk sementara
Istirahat
dapat memperbaiki performance (namun dalam kadar yang tepat). Jika
seseorang bekerja terus-menerus tanpa istirahat maka performancenya akan
menurun.
3. Berpikir positif
Dengan berpikir positif maka akan memunculkan rasa percaya diri, dan meningkatkan motivasi
4. Membuat mental log
Mental
log merupakan catatan harian yang ditulis oleh setiap atlet setelah
selesai melakukan latihan, pertandingan, atau event yang berkaitan
dengan olahraga. Sehingga dapat memberi gambaran bagaimana cara ia dalam
berpikir dan bertindak, termasuk ketika mengalami kekalahan. Dengan
mental log maka atlet dapat mengetahui mana pikiran dan perasaan
negative yang harus diubah menjadi pikiran dan perasaan positif.
5. Sharinglah dengan rekan sesama atlet atau pelatih (yang dapat dipercaya dan mampu menjadi pendengar yang efektif)
Sharing merupakan cara yang paling mudah untuk menyatakan emosi sehingga akan menurunkan tingkat stres.
6. Mulailah dengan memperbaiki diri Anda sendiri
Anda
dapat memulainya dengan menemukan apa penyebab burnout yang Anda alami,
siapa yang kira-kira dapat membantu Anda untuk mengatasinya, dan apa
yang dapat Anda lakukan untuk mengatasi burnout Anda.
7. Lakukan relaksasi secara rutin
Relaksasi dapat membantu untuk menurunkan tingkat stres dan meningkatkan kinerja seseorang.
8. Konsumsi makanan yang sehat
Makanan
yang sehat dapat membantu tubuh Anda untuk melepaskan diri dari stres.
Selain itu, hindari kebiasaan buruk seperti merokok, minuman beralkohol,
menggunakan narkoba, dll.
Semoga pembahasan ini, bermanfaat untuk meminimalisir terjadinya burnout pada atlet. Selamat berjuang demi kejayaan bangsa.
Daftar Pustaka
Gunarsa, S.D. (2004). Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Baron,
R.A., Greenberg, J. (1995). Behavior in Organization: Understanding and
Managing The Human Side of Work. New Jersey : Prentice-Hall.