Meningkatkan Kemampuan Anak Melalui Modalitas Belajar


Mini seminar yang diadakan oleh Bina Grahita Mandiri dengan tema "meningkatkan kemampuan anak melalui modalitas belajar" telah sukses dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2015. Berikut ulasan tentang materi yang disampaikan juga proses jalan seminar termasuk didalamnya keseruan saat berlangsungnya  t games yang berkaitan dengan modalitas belajar.


Ulasan Materi 
Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Dari pengertian ini bisa disimpulkan bahwa belajar itu tidak hanya dibangku sekolah atau hanya jika berhubungan dengan akademik, tetapi belajar bisa mengenai apa saja dan dimana saja.

Setiap orang memiliki gaya belajar yang berbeda, Dalam buku Quantum Learning dipaparkan 3 modalitas belajar seseorang yaitu : “modalitas visual, auditori atau kinestetik (V-A-K). Walaupun dari kita belajar dengan menggunakan ketiga modlaitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya”. Menurut Fleming dan Mills (1992), gaya belajar merupakan kecenderungan siswa untuk mengadaptasi strategi tertentu dalam belajarnya sebagai bentuk tanggung jawabnya untuk mendapatkan satu pendekatan belajar yang sesuai dengan tuntutan belajar di kelas/sekolah maupun tuntutan dari mata pelajaran.

1. Visual (belajar dengan cara melihat)
Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.

Ciri-ciri gaya belajar visual :
  • Bicara agak cepat. 
  • Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi. 
  • Tidak mudah terganggu oleh keributan. 
  • Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar. 
  • Lebih suka membaca dari pada dibacakan. 
  • Pembaca cepat dan tekun. 
  • Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata. 
  • Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato. 
  • Lebih suka musik dari pada seni. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya.
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :
  • Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta. 
  •  Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
  • Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.
  • Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).
  • Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.
2. Auditori (belajar dengan cara mendengar)

Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang- sedang saja. Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.

Ciri-ciri gaya belajar auditori :
  • Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri
  • Penampilan rapi
  • Mudah terganggu oleh keributan
  • Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
  • Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
  • Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
  • Biasanya ia pembicara yang fasih
  • Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
  • Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
  • Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
  • Berbicara dalam irama yang terpola
  • Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :

  • Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga. 
  • Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras. 3. Gunakan musik untuk mengajarkan anak.
  • Diskusikan ide dengan anak secara verbal.
  • Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur.

3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)
Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.

Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :
  • Berbicara perlahan 
  • Penampilan rapi 
  • Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
  • Belajar melalui memanipulasi dan praktek
  • Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
  • Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
  • Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
  • Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
  • Menyukai permainan yang menyibukkan
  • Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu 
  • Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:
  • Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.
  • Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
  • Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.
  • Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
  • Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik. 
Gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. Jika diberikan strategi yang sesuai dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan lebih baik. Gaya belajar otomatis tergantung dari orang yang belajar. Artinya, setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda.

Kesimpulan
Gaya belajar seseorang berbeda-beda sehingga perlu digunakan teknik yang bervariasi untuk mengoptimalkan proses belajar. Seseorang yang dapat mengenali gaya belajarnya dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi dengan lebih mudah.

Games yang berkaitan dengan Modalitas Belajar

 Game kata berantai
Game ini bertujuan untuk mengetahui gaya belajar dari peserta, aturan mainnya adalah peserta 1 akan diberi satu kalimat untuk dihafal dalam waktu yang terbatas, kemudian peserta 1 menyampaikan kalimat tersebut secara lisan kepada peserta 2 seterusnya peserta 2 menyampaikan secara lisan kepada peserta 3. Kalimat yang diberikan adalah berupa puisi.

Seperti disebut di atas tujuan game diatas untuk mengetahui gaya belajar. berikut cara mengetahui gaya belajar peserta dengan game ini.
  1. Jika peserta cenderung  gaya belajarnya visual maka peserta akan menyampaikan satu kalimat puisi ini tanpa ada intonasi nada sehingga akan sulit untuk memahami makna dari kalimat puisi tersebut.
  2. Jika peserta cenderung gaya belajarnya auditory maka peserta akan menyampaikan kalimat puisi tersebut dengan intonasi nada sehingga mudah difahami makna dari kalimat puisi tersebut.
  3. Jika peserta cenderung gaya belajarnya kinestetik maka peserta akan menyampaikan kalimat puisi tersebut disertai gerakan.
 game kinestetik
Seperti game pertama game ini juga bertujuan untuk mengetahui kecenderungan gaya belajar peserta. aturan mainnya adalah peserta harus merangkai 4 buah pensil dengan menggunakan tali menjadi sebuah bentuk plus atau tambah. Siapa yang paling cepat selesai merangkai pensil tersebut menjadi bentuk tambah maka dia pemenangnya.

Hasil dari game ini peserta 1 berhasil merangkai pensil menjadi bentuk tambah dengan waktu yang lebih cepat sementara peserta 2 gagal menyelesaikan game ini karena bentuk yang dirangkai tidak sesuai.

kesimpulan dari game ini adalah, peserta satu memiliki gaya belajar kinestetik karena cekatan dalam memainkan game yang menggunakan gerakan. sementara peserta dua cenderung gaya belajarnya visual karena gagal menyelesaikan game dan juga salah mengartikan instruksi lisan dari game ini, hal ini berkaitan dengan ciri-ciri gaya belajar visual adalah lebih mudah memahami sesuatu hal melalui membaca tulisan daripada mendengarkan instruksi secara lisan.









mini seminar meningkatkan kemampuan anak melalui modalitas belajar

Bina Grahita Mandiri,  mini seminar dengan tema Meningkatkan Kemampuan Anak Melalui Modalitas Belajar,  membahas penerapan gaya belajar dan cara efektif meningkatkan kemampuan anak melalui modalitas belajar.
Bersama 
Bunda Susi S.Psi

Acara akan dilaksanakan pada ;
tanggal : 30 Oktober 2015
jam      : 14.00 - 17.00
tempat : Bina Grahita Mandiri  (jl.krembangan barat 31 i surabaya)




sejarah perkembangan ilmu psikologi di indonesia


Psikologi diperkenalkan pertama kali oleh Slamet Iman Santoso, Profesor psikiatri di fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Pada pidato pengukuhannya sebagai profesor beliau menceritakan pengalamannya dengan pasien - pasiennya yang kebanyakan anggota militer dan pegawai  pemerintah yang mengalami gangguan psikomatis karena tidak mampu menjalani pekerjaan barunya setelah Indonesia beralih dari pemerintahan kolonial pada tahun 1950, Menurut Slamet psikiatri membutuhkan ilmu psikologi untuk menjelaskan potensi - potensi manusia guna menyeleksi orang yang tepat untuk posisi tepat (the right man on the right place).

setelah pidato tersebut diadakan pelatihan di Universitas Indonesia terhadap para asisten psikolog dan beberapa tahun kemudian kursus tersebut menjadi jurusan psikologi di fakultas kedoketeran Universitas Indonesia. Slamet ditunjuk sebagai ketua jurusan tersebut, Psikolog yang pertama kali lulus adalah Fuad Hasan pada tahun 1958. pada tahun 1960, Departemen psikologi tersebut berdiri sendiri menjadi fakultas Psikologi dengan Slamet sebagai Dekan pertama dan selanjutnya digantikan oleh Fuad Hasan pada tahun 1970-an (selain menjadi guru besar dan dan dekan fakultas psikologi Universitas Indonesia Fuad Hasan kemudian menjadi duta besar dan menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Sementara Itu di tahun 1950-an terdapat juga beberapa psikolog yang dikirim oleh TNI dan pemerintah untuk menjalani pendidikan psikologi di Belanda dan Jerman. Sekembalinya dari Pendidikan mereka yang dikirim oleh TNI ditempatkan di pusat psikologi angkatan darat dan angkatan udara di Bandung. Sedangkan yang lainnya ditempatkan di Jakarta dan menjadi Staf  di  Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Para Psikolog yang ditempatkan di Bandung kemudian mendirikan Fakultas Psikologi di Universitas Padjajaran pada tahun 1961.

Pada tahun 1964, Fakultas Pendidikan Universitas Gadjah Mada berdiri sendiri menjadi Institut Pengajar dan Pendidikan Yogyakarta. Namaun Jurusan Psikologi yang terdapat di dalam Jurusan tersebut memilih untuk tetap di Universitas Gadjah Mada dan kemudian menjadi fakultas Psikologi di Universitas Gadjah Mada.

Universitas ke empat yang memiliki Fakultas Psikologi adalah Universitas Airlangga di Surabaya, pada awalnya ilmu psikologi merupakan bagian dari ilmu-ilmu sosial hingga pada tahun 1992 berkembang menjadi fakultas psikologi. Sebagian besar staff pada awalnya merupakan alumni dari Universitas Gadjah Mada.

Hingga saat ini, telah menjamur berbagai fakultas psikologi di berbagai universitas yang ada di Indonesia, baik negeri maupun swasta. Uniknya, tak ada jurusan-jurusan dalam psikologi.
Jadi, psikologi berdiri sendiri sebagai fakultas psikologi. Sejarah psikologi Indonesia lebih pendek dibandingkan dengan sejarah psikologi Barat (Eropa dan Amerika).


Pada Awalnya psikologi di Indonesia dikaitkan erat dengan Psikologi Klinis, Psikoanalisis dan banyak teknik proyeksi serta tes IQ untuk tujuan Psikodiagnostik. Namun sejak tahun 1960-an behaviorisme menjadi lebih populer dengan adanya konstruksi tes dan metode-metode kuantitatif. Saat ini walaupun metode kuantitatif yang digunakan, namun banyak pula yang menggunakan metode kualitatif untuk menganalisa.

Psikologi di Indonesia saat itu distandarisasi dan dibawah kontrol  departmen pendidikan Nasional. Ijin praktek untuk para Psikolog berada dibawah kontrol HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia) dan departemen tenaga kerja. Dengan demikian psikologi di Indonesia harus sesuai dengan kerangka yang telah ditetapkan oleh pemerintah. HIMPSI sendiri sejak tahun 1998-1999 sudah mempunyai beberapa divisi antara lain, Ikatan Psikologi Sosial (IPS) dan Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi (APIO)






sumber :
http://www.psikologiku.com





sejarah psikologi


Sejarah Psikologi bahkan ilmu pengetahuan yang kita kenal kebanyakan berpusat dari perkembangan awal sejarah eropa dari masa yunani, romawi hingga akhir abad 19 yang kemudian menyebar ke berbagai belahan dunia. Pendekatan dan orientasi ilmu dalam dunia psikologi bermula dari filsafat masa Yunani, yaitu masa transisi dari pola pikir animisime ke natural science, yaitu pengetahuan bersumber dari alam. Pada masa ini perilaku manusia berusaha diterangkan melalui prinsip-prinsip alam atau prinsip yang dianalogikan dengan gejala alam.

Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan panjang. Bahkan sebelum Wundt mendeklarasiikan laboratoriumnya tahun 1879 – yang dipandang sebagai kelahiran psikologi sebagai ilmu – pandangan tentang manusia dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani kuno. Dapat dikatakan bahwa sejarah psikologi sejalan dengan perkembangan intelekstual di Eropa, dan mendapatkan bentuk pragmatisnya di benua Amerika.

Berdasarkan pandangan tersebut, bagian Sejarah Psikologi ini akan dibagi ke dalam beberapa periode dengan berbagai tokohnya.

Psikologi sebagai bagian dari filsafat

* Masa Yunani
* Masa Abad Pertengahan
* Masa Renaisans
  
Masa Renaisans adalah peralihan masa, dimana pengetahuan bersifat doktrinal di bawah pengaruh gereja berubah ke masa peran nalar. Semangat pencerahan semakin tampak nyata dalam perkembangan science dan filsafat melalui menguatnya peran nalar (reason) dalam segala bidang. Munculnya diskusi tentang. “knowledge” yang menyebabkan perkembangan ilmu dan metode ilmiah yang maju dengan pesat. Penekanan pada fakta-fakta yang nyata daripada pemikiran yang abstrak. (Berdampak pada kajian psikologi sehingga ingin menjadi kajian yang ilmiah dan empiris)

Pasca Renaisans, Psikologi mencoba menjadi bagian dari ilmu faal muncul pada abad 19 seiring dengan kemajuan ilmu alam (natural science). Dimana pada fase inilah mulai ada jawaban yang empirik dan ilmiah dari pertanyaan-pertanyaan yang kerap muncul di masa lalu seperti: Apa itu jiwa (soul)?Bagaimana bentuk konkritnya? Bagaimana mengukurnya? Bagaimana hubungan body-soul ? Semua Pertanyaan itu terjawab dengan Kemajuan-kemajuan di bidang fisiologis, meliputi riset-riset di bidang aktivitas syaraf , sensasi, dan otak yang memberi dasar empiris dari soul (jiwa), yang juga sebelumnya dianggap sangat abstrak.

Memasuki abad ke-20, psikologi berkembang dalam berbagai school of thought. Kalau Wundt meletakkan dasar bagi psikologi dengan pandangan strukturalisme, maka selanjutnya berbagai aliran utama yang muncul adalah sebagai berikut.

* Fungsionalisme
* Behaviorisme
* Psikoanalisa
* Psikologi Gestalt
* Psikologi Humanistik

Tanah kelahiran psikologi adalah Jerman. Oleh karenanya munculnya psikologi tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial Jerman yang memiliki misi membentuk manusia berkualitas dan penyedia tenaga kerja yang professional. Wilhelm Wundt, orang pertama yang memproklamirkan psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu. Wundt adalah seorang doktor yang tertarik pada bidang fisiologis, dimana fisiologis merupakan jalan bagi psikologi untuk bisa masuk dalam ranah empiris ilmiah dan berdiri sebagai ilmu yang mandiri.  



Sumber :
http://jurusankomunikasi.blogspot.co.id/2009/05/sejarah-psikologi.html



Menciptakan Suasana Belajar Yang Menyenangkan




Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan merupakan dambaan bagi seorang guru atau orang tua, dengan menciptakan suasana  belajar yang menyenangkan maka akan melahirkan semangat belajar anak  dan pastinya akan menghasilkan kualitas pembelajaran yang lebih baik, kata menyenangkan biasanya timbul disaat anak-anak (peserta didik) bermain, bermain merupakan kegiatan mengasyikkan dan menyenangkan bagi anak , jadi orang tua dituntut untuk lebih kreatif dalam mengembangkan metode pembelajaran sehingga proses belajar lebih menyenangkan seperti bermain sehingga belajar tidak dianggap gmembosankan namun menyenangkan.
Bisa kita bayangkan , apa yang terjadi jika tak tercipta suasana menyenangkan dalam proses belajar, anak akan bosan dan tujuan dari penanaman ilmu  tak akan tercapai.  Jangan terlalu  sering memarahi anak ketika belajar agar suasana belajar lebih menyenangkan dan anak mau belajar.
  
Anak butuh suatu kepastian, hal-hal yang dapat diprediksi. Jadi jadikan belajar sebagai rutinitas yang pasti. Misalnya ketika sudah ditentukan, waktu belajar adalah 2 j am setiap hari, pukul 17.00-19.00, maka pada jam tersebut harus digunakan secara konsisten sebagai waktu belajar. Kecuali disebabkan hal-hal yang mendesak, misalnya anak baru sampai rumah pukul 16.30, tentunya tidak bijaksana memaksa anak harus belaj ar pukul 17.00, karena masih lelah.

Jika anak  mengajukan pertanyaan, sebisa mungkin fokus dan memperhatikannya. Meski sederhana, hal ini akan menumbuhkan kepercayaan diri anak karena ia merasa diperhatikan. Anak bisa merasa kurang percaya diri sehingga enggan untuk memberikan kontribusi di dalam kelas. Sebagai pengajar, membangun kepercayaan diri siswa dengan menunjukkan perhatian-perhatian saat siswa merasa sedang ingin didengarkan. 

Coba dengan memuji setiap komentar yang diajukan oleh anak. Misalnya, "Oh, itu ide yang sangat bagus" ,atau "Pertanyaan kamu bagus, itu tidak pernah saya pikirkan sebelumnya”.

Berilah pertanyaan memancing yang bisa membuat anak  tidak lagi terdiam. Pastikan pertanyaan mampu dijawab oleh anak , sehingga saat menjawab secara tidak langsung melatih siswa untuk berbicara.
  
Pilih waktu belajar terbaik untuk anak, ketika anak merasa segar. Mungkin sehabis mandi sore. Anak juga bisa diaj ak bersama-sama menentukan kapan wakt untuk belajarnya.

Anak punya daya konsentrasi dan rentang perhat ian yang berbeda-beda. Misalnya ada anak yang bisa belajar terus-menerus selama 1 jam, ada yang hanya bisa selama setengah jam. Kenali pola ini dan susunlah suatu jadwal belajar yang sesuai. Bagi anak yang hanya mampu berkonsentrasi selama 30 menit , maka berikan waktu istirahat 5-10 menit setelah ia belajar selama 30 menit . Demikian untuk anak yang mampu belajar lebih lama.






Kecerdasan Pada Anak, IQ, EQ, dan CQ


Salah satu ciri anak yang cerdas adalah rasa keingintahuannya yang besar, selalu bertanya tentang banyak hal. Tidak puas dengan jawaban yang ada terus mengejar dengan pertanyaan susulan. Anak yang cerdas akan bertanya banyak hal karena memang dia ingin tahu jawabannya. Umumnya, jika anak tersebut bertanya, dia akan ‘mengejar’ jawaban kita dengan pertanyaan lanjutan, sampai orangtua bingung menjawabnya. Inilah salah satu ciri-ciri anak cerdas yang sebenarnya.

Menurut Gardner ada 8 tipe kecerdasan anak, yaitu :

a. Kecerdasan Linguistik (word smart) adalah kemampuan untuk secara sistematis melafalkan, menyusun kata-kata dan kalimat. Anak biasanya aktif berbicara, daya imajinasinya tinggi dan suka menceritakannya, anak cenderung suka mendengar cerita.

 b. Kecerdasan Logis Matematik adalah kecerdasan yang berhubungan dengan penanganan masalah / kasus. Anak biasa mengurutkan kejadian, pandai menghubungkan sebab akibat, dan dalam memecahkan masalah selalu dengan logikanya. Anak biasanya pandai berhitung, mengurutkan pola, dan mengklasifikasikan bentuk.

c. Kecerdasan Spasial adalah kecerdasan dimana anak mempunyai keserdasan dalam daya ingat, memori dan penglihatan. Anak sangat pandai memvisualisasikan, anak bias anya lebih menonjol di gambar dan melukis serta tepat dalam memperkirakan/ mengestimasi jarak.

d. Kecerdasan Kinestetik Jasmani adalah kecerdasan/keahlian di bidang fisik anak-anak yang pandai menari, suka kegiatan yang membutuhkan gerak, suka sekali dengan kegiatan olahraga, dalam belajar anak suka menyentuh, dan hal-hal yang kinestetik.

 e. Kecerdasan Musikal adalah kelebihan dalam mengekspresikan musik. Biasanya anak pandai bermain musik, sangat tertarik pada alat musik tertentu, pandai bernyanyi, sejak kecil bisa untuk membedakan suara, sangat cepat untuk menghapalkan lagu, kreatif menciptakan suara, kadang anak bisa lebih menikmati melakukan aktifitas dengan iringan musik.

 f. Kecerdasan Antar Pribadi adalah kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain. Biasanya anaknya mudah berteman, tidak takut dengan orang yang baru dikenal, anak biasanya mudah memahami teman, mempunyai empati tinggi , ciri yang paling menonjol adalah punya banyak teman, suka memimpin, mempunyai pengaruh yang besar.

g. Kecerdasan Intra Pribadi adalah kecerdasan yang berhubungan dengan pengendalian diri. Bisa secara tepat mengekspresikan perasaannya dan bisa lebih proporsional.

 h. Kecerdasan Naturalis merupakan ke cerdasan memahami alam sekitar. Anak bukan aset melainkan pribadi, yang artinya kebebasan mengembangkan dirinya sangat membutuhkan perhatian khusus. Disinilah tugas sebagai orang tua dalam memahami karakteristik anak, sehingga anak dapat berkembang sesuai dengan karakteristiknya.

Untuk mengukur tingkat kecerdasan anak, bisa melakukan tes IQ. Banyak faktor yang mempengaruhi taraf perkembangan intelegensi atau kognitif seseorang adalah faktor hereditas dan faktor lingkungan. Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkkan bahwa pe ranan faktor hereditas terhadap perkembangan kognitif atau intelegensi seseorang terutama karena adanya rangkaian hubungan antara pertalian ke luarga dengan ukuran IQ. Sebagaimana hasil penelitian dari Erlenmeyer Kimling dan Jarvik, 1963, bahwa umumnya individu yang mempuanyai hubungan keluarga cenderung mempunyai IQ relatif sama atau similar.

Riset lain yang dilakukan oleh Jenks, 1972 dan Munsinger, 1978 menyimpulkan bahwa IQ anak lebih similar dengan IQ orang tuanya. Selain faktor hereditas, tara f intelegensi atau kognitif seseorang dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Tingkat kognitif atau intelegensi seseorang sangatlah ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan.

Banyak studi maupun penelitian yang mendukung bahwa faktor lingkungan mempengaruhi tingkat kognitif atau intelegensi seseorang. Sebagai contoh dalam penelitian Kamin,1978, anakanak angkat yang hidup dalam lingkungan yang baik mengalami peningkatan IQ sampai 5 poin, sedangkan anak - anak angkat yang hidup dalam lingkungan kurang baik tidak mengalami peningkatan taraf intelegensi. Selain dipengaruhi oleh faktor hereditas dan lingkungan, tingk at kognitif atau taraf intelegensi juga dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, ras, budaya, dan asupan nutrisi (Monty & Fidelis, 2006).

Namun, IQ bukanlah segala-gal anya. Sebab, sekarang orang beranggapan bahwa kecerdasan emosional atau emotional quotient ( EQ )-lah yang memegang peran penting dalam mencetak anak sukses. Di dalam kecerdasan emosional itu terdapat pula kecerdasan sosial. Di sini anak bisa memahami dan mengerti orang lain. Ia juga bisa bersikap bijaksana atas apa yang ia alami dan hadapi. Untuk melatih kecerdasan emosional, orang tua harus menampilkan suasana damai dengan sikap saling menghargai satu sama lain, tekun, ulet dan banyak memberi senyum.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan EQ, yaitu :
a. kondisi fisik, berhubungan dengan keseimbangan tubuh, misalnya kesehatan, gizi, yang baik atau buruk dapat mempengaruhi emosi anak.

b. kondisi lingkungan, berkaitan dengan lingkungan yang kondusif dan rileks akan mendukung perkembangan emosi anak; berkaitan dengan hubungan yang baik dengan orang tua, teman atau lingkungan sosial akan mempengaruhi perkembangan emosi anak; berkaitan dengan suasana di sekolah, misalnya disiplin yang berlebihan dan sifat otoriter guru terhadap anak akan mengganggu perkembangan emosi anak.

c. Sikap orang tua, berkaitan dengan cara mendidik yang keras, dengan menggunakan metode hukuman akan mendorong perkembangan emosi yang tidak menyenangkan bagi anak; sikap overprotective dari orang tua akan menimbulkan rasa takut yang dapat mengganggu perkembangan emosi anak.

Perkembangan kreativitas anak (CQ) akan tumbuh dengan baik jika didukung beberapa kondisi, yaitu:
a. kreativitas tidak ditentukan oleh waktu. Hal ini berarti kebebasan anak bermain dengan gagasan dan konsep yang orisinil akan terbentuk melalui suasana yang bebas, tidak terkekang oleh waktu.

b. anak membutuhkan waktu dan kesempatan menyendiri untuk mengembangkan kehidupan imajinatifnya.

c. anak harus didorong untuk kreatif dan bebas dari ejekan dan kritikan yang sering diucapkan pada anak yang kreatif.

d. sarana untuk bermain dan sarana pendukungnya harus disediakan untuk merangsang dorongan eksplorasi yang merupakan unsur penting dari kreativita.

e. orang tua yang tidak terlalu melindungi anak akan mendorong anak untuk mandiri dan percaya diri, dua kualitas yang mendukung kreativitas anak

f. mendidik anak secara demokratis dapat meningkatkan kreativitas sedangkan cara mendidik otoriter dapat menghambat kreativitas.






Sumber : Elizabeth Hurlock, Perkembangan Anak Jilid I , 1978 
Sumber : Elizabeth Hurlock, Perkembangan Anak Jilid I , 1978 
Sumber : Layanan Informasi dan Konsultasi PAUD BPKB DIY
sumber  : http://e-journal.uajy.ac.id/828/3/2TA12160.pdf

Suka Menunda Pekerjaan ?



Menunda pekerjaan atau dalam istilah psikologis procrastination adalah istilah gangguan Psikologis yang digunakan untuk orang orang yang suka menunda-nunda pekerjaan atau hal yang harus dilakukan hingga menit-menit terakhir meskipun hal yang harus dikerjakan bersifat high priority dan procrastination digolongkan sebagai gangguan perilaku.

Penelitian untuk disertasi program doktoral di UGM ini dilakukan pada 232 mahasiswa yang menunda-nunda mengerjakan skripsi. Kerugian yang ditimbulkan akibat menunda-nunda pengerjaan skripsi itu ternyata sampai triliunan rupiah persemesternya, dihitung dari penambahan biaya kuliah dan biaya hidup selama menempuh kuliah

”Katakanlah paling sedikit ada 100 ribu mahasiswa yang menunda-nunda mengerjakan skripsi tiap semesternya, maka kerugian yang timbul memang mencapai triliunan rupiah buat mereka,” kata dia.

Masalah utama yang menyebabkan kita suka menunda-nunda adalah lemahnya dalam memutuskan prioritas. Pekerjaan kita banyak, maka kita harus memiliki prioritas, sehingga ada pekerjaan yang jelas harus kita lakukan. Saat tidak ada prioritas, maka semua akan mengambang, semua akan tertunda, sebab pikiran kita bingung.

Anda harus mengambil keputusan, mana yang menjadi prioritas. Jika Anda bekerja mandiri atau seorang pebisnis, yang diperlukan adalah keberanian untuk memutuskan dan menunda bahkan menghilangkan pekerjaan yang tidak diperlukan.

Jika Anda masih bekerja kepada orang lain, maka yang diperlukan adalah komunikasi yang baik dengan atas agar bisa menentukan prioritas pekerjaan. Dengan komunikasi yang baik, seharusnya akan jelas mana yang menjadi prioritas, mana yang tidak.

Masalah kedua yang menjadikan kita biasa menunda-nunda pekerjaan adalah banyaknya gangguan. Banyak sekali gangguan yang bisa merusak fokus kita. Sehingga saat kita akan melakukan sebuah pekerjaan, datang gangguan, kemudian kita beralih ke gangguan tersebut.

Disinilah, kita harus bisa mengkondisikan diri agar gangguan tersebut berkurang. Email, telephon, Facebook, twitter, BBM, WhatAps, dan sebagainya bisa menjadi gangguan juga. Silahkan atur sedemikian hingga agar tidak lagi merusak konsentrasi yang ujung-ujungnya menunda pekerjaan.

Jika saja sejak awal kita tidak menunda pekerjaan maka sudah berapa banyak hal yang telah kita selesaikan sampai dengan saat ini. jadi jangan sekali- sekali menunda pekerjaan apalagi untuk alasan yang tidak penting. Menunda pekerjaan berarti sama dengan bermalas - malasan, seorang pemalas akan sulit untuk meraih kesuksesan. 

Mengapa Anak Ngompol

Mengompol, atau dalam istilah kedokteran disebut enuresis, yakni mengeluarkan air seni secara tidak sadar akibat ketidakmampuan mengendalikan kandung kemih.  Kalau tiba-tiba ngompolnya “kumat” lagi, kita perlu mencari tahu apa penyebabnya. Penyebab ngompol ada 3, yaitu fisik, lingkungan, dan emosi. Contoh penyebab fisik, misalnya, si kecil kelewat lelah sehingga tidurnya terlalu lelap. Jadi,ketika terasa ingin BAK, ia tidak kuasa bangun. Sedangkan penyebab lingkungan adalah AC atau cuaca yang dingin. 

Jika dilihat dari jenisnya maka mengompol terbagi menjadi dua, yaitu : 

Mengompol primer adalah mengompol yang lazim terjadi pada bayi yang perlu toilet training karena otak belum mampu menangkap sinyal yang dikirimkan oleh kandung kemih, atau belum mampu mengendalikan kandung kemih. Mengompol primer juga bisa disebabkan adanya gangguan hormonal dan kelainan anatomi. Bila sampai batas usia cukup matang untuk tidak mengompol tapi buah hati Anda masih mengompol, segera konsultasikan ke dokter.     

Mengompol sekunder adalah keadaan mengompol kembali setelah anak tidak mengompol selama enam bulan. Keadaan ini bisa disebabkan oleh infeksi saluran kemih, gangguan metabolisme, gangguan saraf tulang belakang, tekanan berlebihan pada kandung kemih dan  stress. Jadi faktor biologis memegang peran penting dalam terjadinya ngompol ini, selain masalah psikologis.

Ada juga anak susah berhenti mengompol karena memang dari “sananya” seperti itu. Apa pun yang kita usahakan, sia-sia saja.Nah, ini sering berkaitan dengan otot-otot kandung kemihnya yang lemah. Tak ada jalan lain, kecuali konsultasikan ke dokter.

 

psikologi pada masa bayi


Istilah bayi ditafsirkan sebagai individu yang tidak berdaya, maka semakin umum orang menamakan masa bayi selama 2 tahun itu sebagai anak kecil yang baru belajar berjalan. Anak kecil adalah bayi yang telah berhasil menguasai tubuhnya sehingga relatif mandiri. Pada masa bayi baru lahir, mereka harus melakukan empat macam penyesuaian diri agar tetap hidup, yaitu: penyesuaian diri terhadap suhu udara, menghisap dan menelan makanan/ air susu, bernafas, dan membuang kotoran.

Ada beberapa tugas perkembangan masa bayi dan awal masa kanak-kanak yang dikemukakan oleh seorang tokoh psikologi perkembangan Havighurst (1972):
  • Belajar makan makanan padat
  • Belajar berjalan
  • Belajar berbicara
  • Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
  • Mempelajari perbedaan peran seks
  • Mempersiapkan diri untuk membaca
  • Belajar membedakan benar dan salah, mulai mengembangkan hati nurani.

Bayi yang secara emosi stabil dan nyaman biasanya akan lebih mudah diberikan asupan makanan sehingga pertumbuhan fisiknya bagus, lebih mudah diajak berkomumkasi sehingga informasi yang masuk dapat memperkaya pengetahuannya, lebih kreatif, lebih tenang, dan sebagainya. Untuk menata emosi bayi, beberapa hal yang bisa dilakukan orangtua sejak bayi berada di kandungan maupun setelah ia dilahirkan, sebagaimana dipaparkan oleh Dra.Louise, MM, Psi, dari Parent Education Program RSAB Harapan Kita Jakarta.

Setelah si kecil lahir, berikut beberapa hal yang perlu dilakukan orangtua:

a. Sering berkomunikasi
Komunikasi bisa kita lakukan mengenai hal-hal yang dekat dengan bayi, membicarakan kebahagiaan kita dengan kehadiran bayi, tubuh bayi yang montok, wajahnya yang lucu, mendongeng, dan sebagainya. Berkomunikasilah dengan kalimat yang lembut, sikap penuh kasih sayang, belaian tangan, sehingga bayi merasa nyaman dan otomatis emosinya stabil.

b. Tidak menunjukkan emosi negatif
Tak hanya melihat atau mendengar orangtua bertengkar yang bisa membuat bayi stres. Ibu atau ayah yang suka menunjukkan gejolak emosi negatif, entah marah, sedih, kesal, atau yang lainnya secara berlebihan juga bisa membuat bayi stres.

c. Pijat bayi
Tak hanya orangtua yang senang dengan pijatan, bayi pun menyukainya. Sebab, pijat dapat menyamankan otot-otot yang pegal dan kaku serta memperlancar sirkulasi darah. Tentu pijatan yang dilakukan terhadap bayi harus benar dan oleh ahlinya atau oleh ibu yang sudah mengikuti pelatihan memijat bayi.

d. Memberi ASi
Selain bermanfaat untuk kesehatan fisiknya, tak dipungkiri jika ASI dapat membangun mental bayi lebih kuat.

e. Jangan menuding atau mencap
Meski masih bayi sebaiknya kita tidak menuding atau mencap negatif. Misal, bayi sering pipis atau pup di celana, menumbahkan makanan, atau sering rewel, jangan pernah terucap padanya kata-kata negatif kepadanya, seperti “anak jelek”, bodoh, dasar nyusahin”, dan sebagainya.

Masa bayi diaanggap sebagai masa dasar, karena merupakan dasar periode kehidupan yang sesungguhnya karena pada saat ini banyak pola perilaku, sikap dan pola ekspresi emosi terbentuk. oleh karena itu tanamkan hal-hal positif kepada bayi agar kelak menjadi pribadi yang baik.

Meraih Cita - Cita Dengan Cerdas



Cita-cita atau tujuan hidup ini hanya bisa diraih jika kita memiliki motivasi yang kuat dalam diri kita. Tanpa motivasi apapun, sulit sekali kita menggapai apa yang kita cita-citakan. Tapi tak dapat dipungkiri, memang cukup sulit membangun motivasi di dalam diri sendiri. Bahkan mungkin kita tidak tahu pasti bagaimana cara membangun motivasi di dalam diri sendiri. Padahal sesungguhnya banyak hal yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan motivasi tersebut.

Namun selain motivasi juga ada hal lain yang tidak kalah pentingnya yaitu  berpikir secara strategis untuk mencapai cita-cita itu sendiri. Yang dimaksud berpikir strategis adalah dengan cara menentukan terlebih dahulu apa cita-cita yang  diinginkan, kemudian menguraikan langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan agar bisa sampai pada cita-cita tersebut. Termasuk didalamnya kemampuan apa yang harus dimiliki agar anda bisa mencapai cita-cita tersebut. Mari kita simak penjelasan berikut ini :

Pada dasarnya, langkah-langkah untuk meraih cita-cita itu sama semuanya, apa pun cita-citanya. Langkah pertama, kamu harus tahu apakah kamu sudah memiliki semua kriteria yang diminta. Langkah ke dua, dari semua orang yang memiliki kriteria yang diminta, kamu harus menjadi orang terbaik untuk menduduki posisi yang kamu cita-citakan itu.

Sekarang, coba kamu tuliskan dulu tiga hal ini: 1.) apakah cita-citamu? 2.) apa saja kriteria yang diperlukan untuk menggapai cita-cita ini, dan apa saja yang sudah kamu miliki? 3.) apa keunggulanmu yang membuatmu lebih baik dari pesaingmu yang memiliki cita-cita yang sama? Jika belum ada, apa yang bisa kamu lakukan untuk mengasah keunggulanmu?

Untuk menggapai semua cita-cita hidup ini, seorang konsultan bisnis handal, Erika Andersen, mengatakan bahwa kuncinya hanya satu: Strategical Thinking. Dalam bukunya, Being Strategic, Andersen (2010) mendefinisikan orang yang berpikir strategis sebagai orang yang “secara konsisten mengambil pilihan yang akan membawanya lebih dekat dengan target yang diharapkan”. Jadi, kalau kamu bercita-cita mendapatkan beasiswa, maka kamu bukan orang yang berpikir strategis jika tiap hari kamu lebih banyak bermain daripada belajar.

Masih di buku yang sama, Andersen (2010) menjabarkan langkah-langkah konkrit dalam membuat strategi dalam mengejar impianmu. Ini dia langkah-langkahnya: Definisikan cita-citamu dengan baik. Langkah ini harus kamu ambil jika kamu masih belum tahu apa cita-citamu atau apa langkah konkrit yang harus dilakukan untuk mencapai cita-citamu. Ada tiga cara untuk mendefinisikan cita-cita dengan baik. Cara pertama adalah untuk mereka yang belum mengetahui apa cita-citamu: tanyakan pada dirimu apa yang kamu ingin dapatkan dan bagaimana cara mendapatkannya. Contohnya: kamu ingin namamu dikenal banyak orang, dan setelah melihat bakatmu adalah menulis, maka kamu memutuskan untuk menjadi penulis yang baik.

Cara kedua adalah bagi kamu yang sudah tahu cita-citamu (target), tapi belum mengetahui langkah konkritnya, yaitu: dengan memeriksa elemen apa yang belum bekerja dalam usahamu mencapai cita-cita. Misalnya, kamu adalah kepala dari departemen sales yang belum mencapai target penjualan di tahun ini. Sebelum membuat strategi apa-apa, ada baiknya kamu mencoba melihat apa yang salah dari proses kerjamu selama ini. Apakah kesalahan terletak pada tim sales-mu yang kurang ramah? Atau mungkin penyebaran informasi produk yang kurang luas? Atau jangan-jangan ada kekurangan pada produk yang kamu jual sehingga konsumen tidak merekomendasikannya ke teman mereka?

Setelah kamu memilih salah satu cara di atas, tutuplah pendefinisian cita-citamu dengan pertanyaan ini: seperti apakah rasanya saat saya sukses? Pertanyaan ini akan membuatmu fokus ke satu arah tertentu. Contohnya, jika seorang dokter mendefinisikan sukses sebagai “memiliki banyak uang”, maka langkah yang akan dia rencanakan adalah mencari rumah sakit terkenal untuk berpraktek. Tapi jika definisi sukses dokter tersebut adalah “membantu sebanyak-banyaknya orang yang tidak mampu”, maka salah satu langkah menuju kesuksesan adalah dengan me-riset daerah yang masih tertinggal dan membutuhkan tenaga medis. 







sumber : http://www.blogpsikologi.com/839/berpikir-strategis-untuk-meraih-cita-cita.html 
               https://saripedia.wordpress.com/tag/cara-meraih-cita-cita-dan-tujuan-hidup/

Imajinasi Mengubah Apa yang Kita Dengar dan Lihat



Sebuah studi dari Karolinska Institutet di Swedia mengungkapkan bahwa apa yang kita bayangkan dalam pikirkan ternyata dapat mempengaruhi cara kita mengalami dunia. Persepsi kita yang sesungguhnya mengalami perubahan di saat kita mengimajinasikan sedang ‘mendengar’ atau ‘melihat’ sesuatu dalam benak kita. Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Current Biology ini menyoroti pertanyaan klasik dalam dunia psikologi dan neurologi tentang bagaimana otak kita mengkombinasikan informasi dari berbagai indera yang berbeda-beda. “Kita sering berpikir tentang hal-hal yang kita bayangkan dan hal-hal tersebut kita anggap jelas sebagai hal yang terpisahkan,” kata Christopher Berger, mahasiswa doktoral di Departemen Ilmu Saraf dan sebagai penulis utama dalam studi, “Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa imajinasi kita pada suara atau bentuk tertentu mampu merubah cara kita memandang dunia di sekitar kita dengan cara yang benar-benar sama dengan mendengar suara itu atau melihat bentuk tersebut. Secara khusus, kami menemukan bahwa imajinasi kita tentang ‘pendengaran’ dapat mengubah apa yang kita lihat, dan imajinasi kita tentang ‘melihat’ dapat mengubah apa yang sebenarnya kita dengar.” 

Penelitian ini terdiri dari serangkaian percobaan yang menggunakan ilusi di mana informasi sensorik dari satu indera mengalami perubahan atau mendistorsi persepsi seseorang dari indera yang lain. Sembilan puluh enam sukarelawan berpartisipasi secara total. Dalam percobaan pertama, para peserta mengalami ilusi bahwa dua objek yang berpas-pasan saling bertabrakan, bukannya saling melewati satu-sama lain, setelah mereka membayangkan suara kedua objek yang saling bertumbukan. 

Dalam percobaan kedua, persepsi spasial peserta pada suara menjadi bias terhadap lokasi di saat mereka membayangkan sedang ‘melihat’ sekelebat lingkaran putih. Pada percobaan ketiga, persepsi para peserta pada apa yang diucapkan seseorang berubah setelah mereka membayangkan satu suara tertentu. Menurut para ilmuwan, hasil penelitian ini mungkin berguna dalam memahami mekanisme yang umumnya terjadi pada gangguan kejiwaan tertentu seperti skizofrenia, di mana otak gagal dalam membedakan antara pikiran dan realitas. 

Penggunaan di bidang lain pun bisa menjadi bahan penelitian mengenai komputer antarmuka otak, di mana imajinasi seseorang yang lumpuh bisa digunakan untuk mengontrol perangkat virtual dan buatan. “Ini merupakan set pertama dari percobaan untuk secara definitif menetapkan bahwa sinyal-sinyal sensorik yang dihasilkan oleh imajinasi seseorang cukup kuat untuk mengubah persepsi dunia nyata seseorang dari modalitas sensorik yang berbeda,” jelas Profesor Henrik Ehrsson, kepala peneliti di balik studi ini. 

Kredit: Karolinska Institutet Jurnal: Christopher C. Berger, H. Henrik Ehrsson. 
Mental Imagery Changes Multisensory Perception. 
Current Biology, 2013; DOI: 10.1016/j.cub.2013.06.012 

Sumber : http://www.faktailmiah.com/2013/06/30/imajinasi-mengubah-apa-yang-kita-dengar-dan-lihat.html