Stres Baik vs Stres Buruk


Dalam menjalani kehidupan stres merupakan salah satu hal yang paling sering dialami oleh sebagian orang. Stres bisa menyebabkan banyak hal buruk dalam hidup. Untuk itu biasanya banyak yang berusaha menghindari stres.

Kebanyakan orang menilai bahwa stres selalu berdampak negatif terhadap kehidupan, tapi bagaimana jika ada stres yang baik.? dan seperti apa sebenarnya stres baik itu?

Sekitar tahun 2005 penelitian tentang stres dilakukan terhadap sekelompok pengacara. Hasilnya, para pengacara yang jarang mengalami stres justru sering jatuh sakit. Hal ini tentu bertentangan dengan menghindari stres akan berdampak baik. Setelah melakukan riset secara lebih dalam, para peneliti menemukan suatu kejelasan dengan mengobservasi pelatihan yang diterima para pengacara itu disaat masih kuliah. Selama empat tahun mereka dikondisikan untuk percaya bahwa kinerja mereka akan lebih baik pada saat dibawah tekanan. Ketika tekanan itu tidak menjadi kenyataan, mereka merespon secara bertentangan.

Pada dasarnya, setiap orang memiliki respon yang sama terhadap stres. Namun setiap orang memiliki pandangan yang berbeda terhadap stres, mempunyai penilaian bahwa stres merupakan sesuatu yang membangun, dan bukan sebaliknya, adalah langkah pertama untuk menjadi pribadi yang sehat dan bebas stres.

Terkadang kita mendengar orang berkata " saya dapat bekerja lebih baik dibawah tekanan. Mereka ini adalah sebagian kecil orang yang berpandangan bahwa stres bisa berdampak baik. Memiliki cara pandang stres seperti ini adalah salahsatu bagian signifikan dalam manajemen stres. 

Pada Akhirnya semuanya dikembalikan kepada diri kita sendiri, tergantung dari bagaimana kita dalam menilai stres itu sendiri. Jika kita menganggap stres merupakan suatu tantangan yang bisa menjadi cambuk untuk menjadi lebih baik, maka itu adalah stres yang baik. Begitupun sebaliknya jika kita memandang stres adalah hal yang bisa membuat diri menjadi lebih buruk maka itu adalah stres buruk.

Baca juga 60 detik yang mengubah stres buruk menjadi stres baik

 sumber : 60 second manajemen stres/Dr. Andrew Goliszek